Senin, 14 Desember 2009

Bundaku Pahlawan Hidupku


Bundaku sayang,dengarlah ungkapan hati anakmu ini.Ungkapan ketulusan yang ingin berterima kasih atas seluruh jasa-jasamu Bunda.

Tak dapat kusebutkan satu persatu hal yang telah kau korbankan hanya untukku.Terlalu banyak sudah,hingga mungkin sampai kapanpun ku tak akan perah bisa membalasnya.

Bunda,teringatku ketika ku tidur di pangkuanmu,kau belai rambutku seraya menceritakan ketika kau berjuang selama 9bulan 10hari,mengandung diriku,menjaga dan merawatku.Ketikapertama kali kau tahu bahwa kau hamil,betapa bahagianya hati ayah dan bunda.Berharap lahirlah seorang bayi perempuan nan cantik.

Bulan pertama hingga bulan ke enam,kau bercerita kepadaku kalau aku anak yang baik,tak rewel.Karena aku tak minta ini,minta itu,atau yang sering disebut “Nyidam”.Memasuki bulan ke tujuh,gerakan-gerakan di perutmu semakin terasa.Dengantersenyum kau berkata:”Wah,coba yah pegang ini.Anakmu sudah gerak-gerak”.Ayahpun tersenyum bahagia.Pas tujuh bulan,Ayah dan Bunda menyiapkan syukuran 7bulanan atau orang jawa sering bilang tingkepan.Berjalan 8 sampai 9 bulan,dengan perut yang semakin membesar kau sudah merasa repot untuk melakukan aktivitas-aktivitasmu.Tapi walau kau merasa kerepotan,dengan tulus ikhlas kau tetap semangat menjalani itu semua.Terkadang kau merasa kesakitan saat aku menendang-nendang perutmu Bunda.

Tepat pada tanggal 5 juli 1993 yang jatuh pada hari senin kliwon,perutmu mulai berkontraksi.Tetesan air mata membasahi pipi tatkala kau menahan rasa sakit.Siang hari sekitar pukul 13.00 kau berjuang antara hidup dan matimu demi calon anakmu terlahir ke dunia.Dan alhamdulillah tak beberapa lama,terdengar tangisan seorang bayi peremuan yang lahir dengan berat 3kg 3ons dan panjang 43cm.Derai air matamu tak lagi terbendung mengiringi kelahiranku.Betapa bahagianya.

Bayi perempuan cantik nan luchu itu diberi nama “EVIKA DWI ROHMATIN”.Indah nian nama itu.Hingga kini ku beranjak dewasa,kau selalu menyayangiku.

Aku masih dalam pangkuan Bunda.Ceritanya tak terhenti sampai situ saja.Ketika ku berusia 6tahun,yaitu saat duduk di bangku Sekolah Dasar kelas 2SD,Kau mengajakku berziarah ke wali Songo bersama Ayah,kakak dan seluruh keluarga besar.Ada satu pengalama yang tak akan pernah dilupakan oleh Bundaku.Bunda hampir kehilanganku.Saat itu,saat berada di Sunan Muria,aku menangis karena mengantuk.Bunda menimang-nimangku hingga tertidur .Ketika aku sudah tertidur pulas,kau meletakkanku di lantai Masjid beralaskan kain gendong.Kau meneruskan do'amu.Hingga proses ziarah di sunan Muria selesai,seluruh rombongan kembali ke dalam bus.Di tengah perjalanan menuju bus,Bunda merasa ada sesuatu yang kurang.Setelah di ingat-ingat,”Astagfirullahaladim,anak kita ketinggalan yah!”.Dengan menitikan air mata,Bunda bergegas menuju masjid itu dan menjemputku. Alkhamdulillah aku masih di tempat itu.Bunda menyesal karena sempat melupakanku.

Bundaku sayang,berapa banyak pengorbanan-pengorbanan yang telah kau berikan kepadaku, kepada keluargamu.Yang membuat aku begitu menyesal adalah saat mengingat sikap-sikap burukku terhadapmu.

Teringatku saat suatu hari,kau bangun pagi-pagi sekali hanya untuk menyiapkan sarapan untuk anak-anakmu.Pagi itu kau memasak Nasi putih,tempe goreng,tahu goreng dan sambel.Melihat lauk itu,aku baerkata “itu tok buk lauknya?”. Dengan wajah agak kecewa,Bunda hanya bisa menatapku.Bodohnya diriku,yang hanya bisa ngmong seperti itu. Coba kalau difikir dua kali. Pengorbanan Bunda yang sudah bersusah payah bngun pagi hanya untuk di singgung hatinya,demi menyiapkan sarapan anaknya. Betapa berdosanya aku. Seharusnya pagi itu kau tak padulikan kami,aku mau makan apa??. Maafkan aku Bunda. Mungkin kata maaf tak sanggup menghapus dosaku.

Bunda,hingga kini gadis mungil itu sudah beranjak dewasa. Lihatlah,kini mulai bisa berdandan,dan mulai mengenl hal-hal semacam “Cinta”. Pertamanya,aku takut jka mau cerita-cerita tentang cinta ke Bunda. Takut kalau Bunda marah. Karena dalam pikiranku,Bunda pasti tak mengizinkan tuk berpacaran dulu,harus fokus ke sekolah dulu. Tapi ternyata, semua pikiranku itu salah besar. Pertama kali cerita tentang kisah cintaku,Bunda tidak marah,Bunda malah mengatakan : “Hal seperti itu sudah wajar. Mbak sudah besar. Ibu dulu juga mengalami masa muda”. Aku cerita semua sama Bunda. Bunda tidak melarang. Dan Bunda memberikanku banyak sekali masukan-masukan dan saran untuk kebaikanku. “Time is money.Waktu gak bisa diulang kembali.Manfaatkan masa-masa remaja.Jangan sampai kau kehilangan Masa Remajamu.Bercinta boleh,asal bisa jaga diri”.

0 komentar:

Posting Komentar